Jumat, 16 Maret 2012

Upacara Maleman

Terletak di alun alun kota Klaten dan monumen Juang 45 Klaten
Luas kawasan 1 ha
Diadakan Tiap malam tanggal 21 bulan Romadhon sampai dengan Idul Fitri
Bentuknya Pasar Malam
Sifat Rutin tiap tiap tahun
Jumlah pengunjung ± 25.000 orang

Legenda :
Alkisah pada bulan bulan romadhon adalah merupakan bulan suci, bulan yang penuh rahmat dan barokah bagi umat Islam, upacara ini konon kisahnya bermula di sekitar Masjid Mlinjon, pada malam 21 bulan romadhon, menurut keyakinan kaum muslimin adalah malam turunnya : Lailatulqodar yang artinya malam yang lebih baik dari seribu malam.

Malam itu malam yang penuh selamat sejahtera sampai terbit fajar. Pada malam malam itu Masjid Mlinjon dipenuhi oleh kaum muslimin untuk menunaikan sholat tarawih yang diteruskan dengan tadarusan Al Quran sampai larut malam menjelang suhur, bagi masyarakat umum ikut menghormati malam bahagia itu dengan jalan jalan atau cegah lek sampai larut malam bahkan ada yang sampai terbit matahari dengan harapan agar mendapat Lailatulqodar. Disekitar Masjid Mlinjon itu banyak orang yang berjualan, mendirikan stand kerajinan, mainan anak anak maka lokasi tersebut menjadi ramai.

Maka keramaian tanggal malam 21 Romadhon merupakan tradisi tiap tiap tahun diadakan. Pada suatu ketika Sinuhun Paku Buwono ke X berkenan sholat tarawih di Masjid Mlinjon serta menyaksikan adanya keramaian tersebut dan alun alun Klaten dekat nDalem Kadipaten (sekarang gedung RSPD). Upacara tradisional Maleman di alun alun ini berjalan baik, bahkan dari tahun ke tahun semakin berkembang keramaiannya. Upacara tradisional Maleman di alun alun Klaten berjalan rutip tiap tiap tahun yang dimulai dari tanggal 12 Romadhon sampai dengan Hari Raya Idhul Fitri yang diteruskan dengan Upacara Syawalan di Jimbung.

Gua Suran


GUA SURAN adalah Sebuah gua yang terletak di Kalurahan Jatinom, Kecamatan Jatinom. Gua ini dipergunakan sebagai tempat sujud dan semedi Kyai Ageng Gribig pada waktu belum bias membuat masjid. Gua berbentuk leter L dengan kedalaman ± 4 m.
Disamping gua terdapat Sendang Suran sebagai tempat wudlu Kyai Ageng Gribig. Lokasi ini sekarang dipergunakan untuk tempat penyebaran apem yang dilakukan tiap tiap bulan Syapar. Di samping itu terdapat :
- Gua Belan, merupakan terowongan yang kedalamannya ± 8 m, yang digunakan untuk rekreasi yang sangat menarik bagi muda mudi;
- Sendangn Plampeyan.
- Taman Rekreasi anak anak di Plampeyan luas ± 700m2 disebelah selatan makam Kyai Ageng Gribig.
Wisata Indonesia Surga Dunia

Rowo Jombor Wisata Sambil Kuliner


Rowo Jombor Klaten - KlatenOnline.Com
Masyarakat Klaten dan sekitarnya tentu sudah tidak asing lagi dengan kata Rowo Jombor. Ya, Rowo jombor adalah nama tempat di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten yang mana merupakan tempat rekreasi warung apung bernuansa pemandangan rawa dengan hidangan khas masakan ikan.
Rowo Jombor merupakan salah satu obyek wisata unggulan di Kabupaten Klaten dan menjadi kawasan wisata potensial. Keindahan rawa yang mengagumkan dan kelezatan aneka masakan ikan menjadi ciri khas tempat ini.
Setiap hari libur Rowo Jombor selalu dipadati pengunjung baik dari dalam kota maupun dari luar kota seperti Solo, Sukoharjo, Boyolali, Jogja, Magelang, Jakarta, dan lain sebagainya, semua berdatangan untuk berekreasi di tempat tersebut.
Para pengelola pun berfikir kreatif agar warungnya ramai pengunjung, banyak warung-warung yang mulai menyediakan tontonan gratis seperti pertunjukan organ tunggal dan ada pula yang menyediakan berbagai mainan anak seperti perahu bebek dan lain sebagainya.
Keberadaan warung apung Rowo Jombor mampu meningkatkan ekonomi warga, banyak warga yang mempunyai pekerjaan berkat keberadaan warung apung Rowo Jombor ini, banyak pula warga yang membuka usaha-usaha di area kawasan tersebut.
Kini Rowo jombor mulai dikembangkan dan diharapkan mampu menjadi tempat pariwisata berpotensi nasional.

Kamis, 15 Maret 2012

Yaqo Wiyu Tradisi Sebar Apem

YAQOWIYU atau populer dengan upacara sebar apem oleh warga Jatinom, Klaten adalah tradisi temurun yang diupayakan tetap lestari guna menjaga indahnya manikam keluhuran  budaya, yaitu peduli sesama lewat berbagi.

Kalau masyarakat Yogyakarta dan Surakarta bangga dengan tradisi Sekaten sebagai hajatan tahunan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW yang jatuh bulan Rabiulawal dalam kalender Islam, masyarakat Klaten, khususnya Jatinom boleh bangga karena memiliki tradisi budaya yang tak kalah moncer yaitu Yaqowiyu atau sebar apem atau juga disebut tradisi Saparan.  

Setiap bulan Sapar perayaan ini digelar. Yaqowiyu dimaksudkan untuk mengenang dan melestarikan nilai luhur  ajaran seorang Ki Ageng Gribig, ulama besar yang berjasa dalam mengembangkan Islam di Klaten. Dia begitu peduli dan sayang dengan warganya. 

Kepedulian itu diwujudkan berbagi dengan sesama. Nilai berbagi itu oleh  masyarakat Jatinom  dilestarikan dengan membuat kue apem, lalu dibagi-bagikan kepada setiap pengunjung yang datang dalam perayaan Yaqowiyu yang puncaknya tahun ini digelar akhir Januari lalu. 

Puluhan gunungan kue apem diarak dan diiring menyusuri jalan utama kota kecamatan menuju tanah lapang di samping Masjid Besar Jatinom. Prosesi biasanya diawali dengan pelepasan gunungan apem oleh bupati disaksikan masyarakat di aula kantor Kecamatan Jatinom. 
Sepanjang jalan masyarakat berjejal. 

Ribuan orang menyemut di sepanjang jalan yang dilalui iring-iringan gunungan apem dan puncaknya dibagi dengan cara disebar di atas anjang-anjang menara oleh pejabat muspida dan ulama kepada pengunjung yang berjejal menunggu.  

Tradisi Yaqowiyu diakui mempunyai daya magnet berbeda.  Selain agenda tahunan yang ditunggu-tunggu dan sarana penggerak roda perekonomian selayaknya tradisi Yaqowiyu dikemas sebagai ajang promosi wisata daerah. 

Peluang itu begitu terbuka. Ribu orang berkumpul, baik penduduk setempat maupun dari luar kota. Ratusan potensi ekonomi rakyat dari pedagang, perajin, dan pengusaha dapat berinteraksi dengan konsumennya serta lapangan kerja yang tercipta walau sesaat.  

Bak gadis cantik yang bersolek, momentum perayaan Yaqowiyu terlalu sayang jika dilewatkan. Pemerintah dapat mempromosikan potensi wisata Klaten tidak sebatas tradisi tersebut. Pemerintah dapat membangun kecintaan dan kebanggaan daerah dengan memperkenalkan lebih dekat kepada masyarakat tentang dunia wisata Klaten yang tak kalah mentereng.  

Water boom di Umbul Ngingas, desa kuliner di Janti dan warung apung di Pesona Rowo Jombor, panorama eksotik Sendang Srinongko, wisata alam Gunung Merapi, atau situs-situs candi perlu didorong ke permukaan.  

Promo ini tentunya tidak harus meninggalkan bukti-bukti historis peninggalan Islam yang nyaris terlupakan sebagaimana situs peninggalan Ki Ageng Gribig di Jatinom itu sendiri.

Penyebaran Islam di Klaten dan Jatinom khususnya tidak lepas dari tokoh sejarah Ki Ageng Gribig. Tokoh legendaris Islam yang bernama lain Syech Wasibagno ini adalah murid Sunan Kudus dari keturunan Raja Brawijaya V yang lahir di Tuban, Jawa Timur, pada abad 17 Masehi.  

Semasa Sultan Agung Mataram, atas jasanya menumpas pemberontakan Bupati Palembang, Ki Ageng Gribig dinikahkan dengan adik Sultan bernama Raden Ayu Emas Winongan serta dianugerahi tanah perdikan yang nantinya menjadi cikal bakal Jatinom. 


foto: kerumunan orang merebutkan apem yang akan di sebar

Di tempat itu dia mendirikan Masjid Jatinom, pondok pesantren, pasar dan alun-alun yang sampai saat ini masih lestari berikut surau kecil sebagai tonggak perjuangan dakwah penyebaran Islam. 

Berbagai peninggalan monumental sejarah dapat dikenali hingga sekarang.   Peninggalan tersebut adalah Masjid Petilasan, Gua Belan, Masjid Besar Jatinom, makam Ki Ageng Gribig, dan tradisi Yaqowiyu sebagai warisan budaya yang adiluhung.

Tradisi Yaqowiyu yang berarti doa, sejatinya mengandung nilai keluhuran yang bijak digali dan dilestari generasi saat ini. Menurut sumber sejarah, sepulang ibadah haji Ki Ageng Gribig membawa oleh-oleh berupa dua buah roti.  

Berhubung keluarganya banyak maka Ki Ageng Gribig memerintah istrinya, Raden Ayu Emas Winongan untuk memasukkan kue tadi dalam adonan jladeran yang berasal dari tepung beras tumpuk yang dimasak.   

Kue itu kemudian sampai sekarang dikenal dengan apem yang konon berasal dari bahasa Arab yaitu affan yang berarti ampunan. Apem ini oleh Ki Ageng Gribig lalu dibagi-bagikan kepada keluarga, tetangga, dan fakir miskin di sekitarnya.  Sejak bulan Sapar 1637 Masehi, setiap tahun tradisi ini lalu dilestarikan sampai sekarang.  

Tradisi itu sejatinya bermakna simbolik. Sebar apem adalah nilai keteladanan untuk peduli dan berbagi. Inilah manikam itu. Sebuah nilai keluhuran sikap yang harus dijaga dari seorang Ki Ageng Gribig.  Dengan saling peduli hidup menjadi berkah.  Dengan saling memberi hidup menjadi rahmah. (10) 

Kain Lurik Yeni Daryono

Manusia sebagai makhluk social tidak dapat hidup sendiri. Keberadaan orang lain sangat membantu dalam kelangsungan hidupnya. Sebagai contohnya adalah dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sandang, sebagai salah satu kebutuhan pokok dapat diproduksi oleh masyarakat mulai dari industry skala rumahan hingga perusahaan tekstil berskala besar.
Aneka kain tradisional mampu diproduksi masyarakat. Salah satu kain tradisional yang diproduksi adalah kalin tenun lurik. Tenun lurik merupakan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. Dahulu, kain tenun diproduksi sebagai selendang tradisional yang digunakan untuk menggendong. Hampir setiap rumah di Dusun Barengan, Desa Jambakan memiliki alat tenun. Namun produk yang kurang beragam menjadikan beberapa perusahaan home industry ini gulung tikar. Kondisi tersebut diperparah ketika bencana gempa bumi menimpa Yogyakarta dan Jawa Tengah , Sabtu 27 Mei 2006 lalu.
Seiring kemajuan jaman, industry tekstil kian berkembang. Adalah Industri Tenun Lurik Tradisional Yeni Daryono beralamat di Dusun Barenan, Desa Jambakan, Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten yang masih bertahan di tengah persaingan produk-produk modern. Produk utama tenun lurik Yeni Daryono adalah kalin lurik. Aneka motif kain lurik dapat di produksi secara tradisional. Berbekal keterampilan yang dimiliki secara turun temurun, Yeni Daryono berupaya mengembangkan produk tenun. Pengembangan dilakukan melalui inovasi pemanfaatan bahan pewarnaan tahan luntur, kehalusan benang, variasi warna serta pembuatan aneka motif lurik.
Pengenalan produk tenun pun dilakukan dengan cara mengikuti pameran di dalam dan luar kota, seperti Klaten, Yogyakarta, Surakata, Semarang, Jakarta dan Batam. Produksi tenun lurik Yeni Daryono mampu bersaing dengan industry tekstil lainnya. Terbukti saat ini Tenun Lurik Yeni Daryono menerima order dari dalam dan luar kota. 

 

foto: alat tenun tradisional

foto: hasil tenun

PG Gondang Tempat Nyaman Untuk Berwisata


Banyak daerah memiliki pabrik gula. Tapi hanya Klaten, Jawa Tengah yang memiliki Museum Gula. Beragam koleksinya dapat membuat kita kagum dan bangga. Museum Gula Jawa Tengah terletak di lingkungan kompleks Pabrik Gula Gondang Baru Klaten, termasuk dalam wilayah Desa Gondang Baru, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.
Letak museum sangat strategis karena berada persis tepi jalan utama/ jalan raya yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Kota Solo. Pendirian Museum Gula Jawa Tengah dilandasi, pertimbangan bahwa perkembangan industri sebagai data untuk pengembangan lebih lanjut. Gagasan pertama dimulculkan oleh Gubernur Propinsi Jawa Tengah yang kala itu dijabat oleh Bapak Soepardjo Roestam dengan dukungan penuh dari Bapak Ir. Waryatno, direktur utama PTP. XV – XVI (persero).
Peresmian berdirinya museum dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 1986, bertepatan dengan diadakannya Kongres Internasional Soceity of Sugar Cane Technologist (ISSCT) di Pasuruan Jawa Timur yang dihadiri para ahli gula seluruh dunia. Museum Gula Jawa Tengan menempati sebuah bangunan lama, yaitu bangunan bekas tempat tinggal yang bergaya arsitektur klasik Eropa.
Bangunan museum didirikan di atas areal tanah seluas 1.261,20 meter persegi dengan luas bangunan 240 meter persegi yang terdiri dari ruang pameran tetap, perpustakaan, lavotary, dan musholla, seta dilengkapi dengan ruang auditorium seluas 753 meter persegi. Status penyelenggaraan museum dilaksanakan oleh PTP. XV – XVI (Persero)yang berkedudukan di Surakarta dan dikelola oleh Pabrik Gula Gondang Baru Klaten.
Museum Gula Jawa Tengah
Dilihat dari jenis koleksinya, museum Gula Jawa Tengah termasuk jenis museum khusus dengan bercirikan teknologi. Koleksi-koleksinya terdiri dari peralatan tradisional penanaman tebu bibit tebu, peralatan tradisional pemeliharaan tanaman tebu dan alat-alat, mekanisme atau fabrikasi dari pabrik gula, serta beberapa foto penunjang. Foto-foto penunjang, antara lain: foto pabrik gula lama, foto upacara giling pertama, tiruan visualisasi ruang administrasi lama dan lain-lain.
Rumah hunian yang sejak tahun 80-an resmi menjadi museum itu, pagi-pagi sudah dibuka untuk umum, walau belum terlihat petugas berjaga. Hingga seorang pria dewasa yang masih tampak muda, datang menyapa. Kami pun berbincang mengenai apa saja yang ada di dalam bangunan dan pekarangan Museum Gula.
Setelah membubuhkan nama, alamat, tanda tangan serta membayar tanda masuk seharga Rp. 3.500,- kita dipandu petugas berkeliling museum. Di dalam ruang pendaftaran saja, ada berbagai koleksi yang dapat kita simak, mulai dari maket pabrik gula (secara umum), beberapa toples berisi beberapa produk pabrik gula sampai limbahnya (seperti gula pasir, tetes tebu, ampas tebu, dsb), hingga koleksi macam-macam tanda mata dari pengunjung.
Di ruang berikutnya, kita dapat menyaksikan maket pabrik gula Baturaja, Kabupaten OKU, Sumatera Selatan. Masih di ruang yang sama, dipajang koleksi yang berhubungan dengan proses produksi gula, sejak dari masa penanaman hingga pembuatan gula. Tak hanya alat pertanian yang digunakan dalam bercocok tanam tebu, bahkan sejumlah hama pengganggu tanaman juga dipajang.
Selain itu ada mesin-mesin yang digunakan di sebuah pabrik gula (manual-modern) dan alat laboratorium. Terlebih lagi di ruang berikutnya. Beberapa koleksi di ruang ini mungkin dapat membangkitkan kenangan masa kecil. Sebab disana dipamerkan berbagai jenis perangkat kerja seperti mesin ketik, mesin hitung, juga alat hitung manual yang semuanya terlihat antik. Beberapa diantaranya dibuat tahun 1900-an.
Loko Simbah
Di sebelahnya, dipajang meja kerja berikut beberapa peralatan kerja, foto-foto kepala pabrik gula, dari pejabat pertama hingga terkini. Disana juga ada sepasang topi dan tongkat yang digunakan Pak Sinder (istilah/jabatan untuk supervisor perkebunan). Topi dan tongkat ini mungkin mengingatkan kita pada kakek, atau orang tua teman yang kebetulan memiliki jabatan serupa. Saat ini, asesoris kostum tersebut kerap dipakai dalam film/sinetron ber-setting zaman kolonial. Beberapa koleksi dipajang diluar bangunan. Dekat dengan pintu masuk, ada alat pembuat gula dengan sistem manual. Menurut Bimo, petugas museum yang menemani TC saat berkunjung ke Museum Gula baru-baru ini, gula yang dihasilkan dari alat tradisional tersebut secara fisik mirip gula merah (gula Jawa) tapi bahannya dari tebu. Tak kalah menariknya, adalah koleksi yang ada di sebelah kiri bangunan museum. Disana ada Simbah (lokomotif kuno) yang menurut MURI dibuat Backer dan Rubb Prada Nederland tahun 1889. Tapi menurut Bimo, di loko tersebut tak ada catatan tahun pembuatannya.
Museum Gula masih punya koleksi lain yang tak kalah menarik. Ada loko buatan Jerman produksi tahun 1901, pedati (semacam gerobak yang digerakkan dengan sapi/kerbau), yang digunakan sebagai pengangkut tebu dari ladang ke pabrik, dan alat transportasi untuk inspeksi di perkebunan.
Saksi Kejayaan
Sekitar lebih dari tiga setengah abad bangsa Indonesia dijajah kolonial Belanda. Sekitar itu pula beragam kekayaan bumi khatulistiwa ini dieksploitasi. Salah satunya tebu yang dapat diolah menjadi gula (disamping produk lain seperti vetsin, minuman dll).
Tak heran, pada pertengahan abad XIX, di Indonesia (sebagai salah satu wilayah Hindia Belanda) hanyak didirikan industri gula. Tidak tanggung-tanggung, Belanda menerapkan teknologi paling canggih yang dimilikinya, hingga Indonesia menjadi produsen gula terbesar di dunia kala itu.
Pabrik Gula Gondangwinangung Klaten
Bukti banyaknya pabrik gula di Indonesia ada di berbagai kota, bahkan masih beroperasi hingga kini. Beberapa diantaranya Pabrik Gula (PG) Madu Kismo (Yogyakarta), PG Tasik Madu (Karanganyar, Jawa Tengah), PG Pangka (Tegal, Jawa Tengah), dan tentu saja Pabrik Gula Gondang Baru yang ada di Jl. Raya Yogya-Solo, Dustin Gondawinangun, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini. Yang disebut terakhir sudah ada sejak tahun 1860. Menarik bukan untuk di kunjungi …..!!!
ALAMAT :
d.a Pabrik Gula Gondang Baru
Jalan Raya Jogja – Solo Km. 25, Klaten – Jawa Tengah
Telepon 072-322328

JAM KUNJUNG :
Senin – Kamis: 08.00 – 13.30 WIB
Jumat: 08.00 – 11.00
Sabtu: Pk. 08.00 – 12.30

KARCIS MASUK :
Dewasa/Anak-anak: Rp 3.500

Berkunjung ke sini tidak akan membuat anda jenuh di karenakan di samping PG Gondang terdapat tempat atau gedung serbaguna, selain itu juga terdapat café, atau anda yang ingin berenang anda juga bisa melakukannya, dikarenakan di samping PG Gondang terdapat kolam renang yang membuat anda semakin nyaman untuk berkunjung ke Klaten

Nasi Langi Khas Klaten


Ini dia masakan khas Klaten, yang isi sepiringnya hampir sama seperti masakan rumah. Buat yang ngeliat isi piringnya penuh dengan lauk pauk yang beraneka ragam, wah..pasti langsung laperr, hehe.. Nasi Langi ini terdiri dari tempe orek, sambel goreng kentang, ayam, udang, telor dadar, lalap, sambel, kerupuk.. semuanya jadi satu! Nikmat banget kan? Tapi jangan bingung mau makan yang mana dulu yaa.. Nah, kalo udah penasaran nyobain Nasi Langi yang nendang ini (Rp.18.000), mari kita menuju RM. Ayam Bakar Klaten, di Food Village Lt. 1, Pejaten Village, Jakarta.

 

KLA - X Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger