Jumat, 16 Maret 2012

Upacara Maleman

Terletak di alun alun kota Klaten dan monumen Juang 45 Klaten
Luas kawasan 1 ha
Diadakan Tiap malam tanggal 21 bulan Romadhon sampai dengan Idul Fitri
Bentuknya Pasar Malam
Sifat Rutin tiap tiap tahun
Jumlah pengunjung ± 25.000 orang

Legenda :
Alkisah pada bulan bulan romadhon adalah merupakan bulan suci, bulan yang penuh rahmat dan barokah bagi umat Islam, upacara ini konon kisahnya bermula di sekitar Masjid Mlinjon, pada malam 21 bulan romadhon, menurut keyakinan kaum muslimin adalah malam turunnya : Lailatulqodar yang artinya malam yang lebih baik dari seribu malam.

Malam itu malam yang penuh selamat sejahtera sampai terbit fajar. Pada malam malam itu Masjid Mlinjon dipenuhi oleh kaum muslimin untuk menunaikan sholat tarawih yang diteruskan dengan tadarusan Al Quran sampai larut malam menjelang suhur, bagi masyarakat umum ikut menghormati malam bahagia itu dengan jalan jalan atau cegah lek sampai larut malam bahkan ada yang sampai terbit matahari dengan harapan agar mendapat Lailatulqodar. Disekitar Masjid Mlinjon itu banyak orang yang berjualan, mendirikan stand kerajinan, mainan anak anak maka lokasi tersebut menjadi ramai.

Maka keramaian tanggal malam 21 Romadhon merupakan tradisi tiap tiap tahun diadakan. Pada suatu ketika Sinuhun Paku Buwono ke X berkenan sholat tarawih di Masjid Mlinjon serta menyaksikan adanya keramaian tersebut dan alun alun Klaten dekat nDalem Kadipaten (sekarang gedung RSPD). Upacara tradisional Maleman di alun alun ini berjalan baik, bahkan dari tahun ke tahun semakin berkembang keramaiannya. Upacara tradisional Maleman di alun alun Klaten berjalan rutip tiap tiap tahun yang dimulai dari tanggal 12 Romadhon sampai dengan Hari Raya Idhul Fitri yang diteruskan dengan Upacara Syawalan di Jimbung.

Gua Suran


GUA SURAN adalah Sebuah gua yang terletak di Kalurahan Jatinom, Kecamatan Jatinom. Gua ini dipergunakan sebagai tempat sujud dan semedi Kyai Ageng Gribig pada waktu belum bias membuat masjid. Gua berbentuk leter L dengan kedalaman ± 4 m.
Disamping gua terdapat Sendang Suran sebagai tempat wudlu Kyai Ageng Gribig. Lokasi ini sekarang dipergunakan untuk tempat penyebaran apem yang dilakukan tiap tiap bulan Syapar. Di samping itu terdapat :
- Gua Belan, merupakan terowongan yang kedalamannya ± 8 m, yang digunakan untuk rekreasi yang sangat menarik bagi muda mudi;
- Sendangn Plampeyan.
- Taman Rekreasi anak anak di Plampeyan luas ± 700m2 disebelah selatan makam Kyai Ageng Gribig.
Wisata Indonesia Surga Dunia

Rowo Jombor Wisata Sambil Kuliner


Rowo Jombor Klaten - KlatenOnline.Com
Masyarakat Klaten dan sekitarnya tentu sudah tidak asing lagi dengan kata Rowo Jombor. Ya, Rowo jombor adalah nama tempat di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten yang mana merupakan tempat rekreasi warung apung bernuansa pemandangan rawa dengan hidangan khas masakan ikan.
Rowo Jombor merupakan salah satu obyek wisata unggulan di Kabupaten Klaten dan menjadi kawasan wisata potensial. Keindahan rawa yang mengagumkan dan kelezatan aneka masakan ikan menjadi ciri khas tempat ini.
Setiap hari libur Rowo Jombor selalu dipadati pengunjung baik dari dalam kota maupun dari luar kota seperti Solo, Sukoharjo, Boyolali, Jogja, Magelang, Jakarta, dan lain sebagainya, semua berdatangan untuk berekreasi di tempat tersebut.
Para pengelola pun berfikir kreatif agar warungnya ramai pengunjung, banyak warung-warung yang mulai menyediakan tontonan gratis seperti pertunjukan organ tunggal dan ada pula yang menyediakan berbagai mainan anak seperti perahu bebek dan lain sebagainya.
Keberadaan warung apung Rowo Jombor mampu meningkatkan ekonomi warga, banyak warga yang mempunyai pekerjaan berkat keberadaan warung apung Rowo Jombor ini, banyak pula warga yang membuka usaha-usaha di area kawasan tersebut.
Kini Rowo jombor mulai dikembangkan dan diharapkan mampu menjadi tempat pariwisata berpotensi nasional.

Kamis, 15 Maret 2012

Yaqo Wiyu Tradisi Sebar Apem

YAQOWIYU atau populer dengan upacara sebar apem oleh warga Jatinom, Klaten adalah tradisi temurun yang diupayakan tetap lestari guna menjaga indahnya manikam keluhuran  budaya, yaitu peduli sesama lewat berbagi.

Kalau masyarakat Yogyakarta dan Surakarta bangga dengan tradisi Sekaten sebagai hajatan tahunan peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW yang jatuh bulan Rabiulawal dalam kalender Islam, masyarakat Klaten, khususnya Jatinom boleh bangga karena memiliki tradisi budaya yang tak kalah moncer yaitu Yaqowiyu atau sebar apem atau juga disebut tradisi Saparan.  

Setiap bulan Sapar perayaan ini digelar. Yaqowiyu dimaksudkan untuk mengenang dan melestarikan nilai luhur  ajaran seorang Ki Ageng Gribig, ulama besar yang berjasa dalam mengembangkan Islam di Klaten. Dia begitu peduli dan sayang dengan warganya. 

Kepedulian itu diwujudkan berbagi dengan sesama. Nilai berbagi itu oleh  masyarakat Jatinom  dilestarikan dengan membuat kue apem, lalu dibagi-bagikan kepada setiap pengunjung yang datang dalam perayaan Yaqowiyu yang puncaknya tahun ini digelar akhir Januari lalu. 

Puluhan gunungan kue apem diarak dan diiring menyusuri jalan utama kota kecamatan menuju tanah lapang di samping Masjid Besar Jatinom. Prosesi biasanya diawali dengan pelepasan gunungan apem oleh bupati disaksikan masyarakat di aula kantor Kecamatan Jatinom. 
Sepanjang jalan masyarakat berjejal. 

Ribuan orang menyemut di sepanjang jalan yang dilalui iring-iringan gunungan apem dan puncaknya dibagi dengan cara disebar di atas anjang-anjang menara oleh pejabat muspida dan ulama kepada pengunjung yang berjejal menunggu.  

Tradisi Yaqowiyu diakui mempunyai daya magnet berbeda.  Selain agenda tahunan yang ditunggu-tunggu dan sarana penggerak roda perekonomian selayaknya tradisi Yaqowiyu dikemas sebagai ajang promosi wisata daerah. 

Peluang itu begitu terbuka. Ribu orang berkumpul, baik penduduk setempat maupun dari luar kota. Ratusan potensi ekonomi rakyat dari pedagang, perajin, dan pengusaha dapat berinteraksi dengan konsumennya serta lapangan kerja yang tercipta walau sesaat.  

Bak gadis cantik yang bersolek, momentum perayaan Yaqowiyu terlalu sayang jika dilewatkan. Pemerintah dapat mempromosikan potensi wisata Klaten tidak sebatas tradisi tersebut. Pemerintah dapat membangun kecintaan dan kebanggaan daerah dengan memperkenalkan lebih dekat kepada masyarakat tentang dunia wisata Klaten yang tak kalah mentereng.  

Water boom di Umbul Ngingas, desa kuliner di Janti dan warung apung di Pesona Rowo Jombor, panorama eksotik Sendang Srinongko, wisata alam Gunung Merapi, atau situs-situs candi perlu didorong ke permukaan.  

Promo ini tentunya tidak harus meninggalkan bukti-bukti historis peninggalan Islam yang nyaris terlupakan sebagaimana situs peninggalan Ki Ageng Gribig di Jatinom itu sendiri.

Penyebaran Islam di Klaten dan Jatinom khususnya tidak lepas dari tokoh sejarah Ki Ageng Gribig. Tokoh legendaris Islam yang bernama lain Syech Wasibagno ini adalah murid Sunan Kudus dari keturunan Raja Brawijaya V yang lahir di Tuban, Jawa Timur, pada abad 17 Masehi.  

Semasa Sultan Agung Mataram, atas jasanya menumpas pemberontakan Bupati Palembang, Ki Ageng Gribig dinikahkan dengan adik Sultan bernama Raden Ayu Emas Winongan serta dianugerahi tanah perdikan yang nantinya menjadi cikal bakal Jatinom. 


foto: kerumunan orang merebutkan apem yang akan di sebar

Di tempat itu dia mendirikan Masjid Jatinom, pondok pesantren, pasar dan alun-alun yang sampai saat ini masih lestari berikut surau kecil sebagai tonggak perjuangan dakwah penyebaran Islam. 

Berbagai peninggalan monumental sejarah dapat dikenali hingga sekarang.   Peninggalan tersebut adalah Masjid Petilasan, Gua Belan, Masjid Besar Jatinom, makam Ki Ageng Gribig, dan tradisi Yaqowiyu sebagai warisan budaya yang adiluhung.

Tradisi Yaqowiyu yang berarti doa, sejatinya mengandung nilai keluhuran yang bijak digali dan dilestari generasi saat ini. Menurut sumber sejarah, sepulang ibadah haji Ki Ageng Gribig membawa oleh-oleh berupa dua buah roti.  

Berhubung keluarganya banyak maka Ki Ageng Gribig memerintah istrinya, Raden Ayu Emas Winongan untuk memasukkan kue tadi dalam adonan jladeran yang berasal dari tepung beras tumpuk yang dimasak.   

Kue itu kemudian sampai sekarang dikenal dengan apem yang konon berasal dari bahasa Arab yaitu affan yang berarti ampunan. Apem ini oleh Ki Ageng Gribig lalu dibagi-bagikan kepada keluarga, tetangga, dan fakir miskin di sekitarnya.  Sejak bulan Sapar 1637 Masehi, setiap tahun tradisi ini lalu dilestarikan sampai sekarang.  

Tradisi itu sejatinya bermakna simbolik. Sebar apem adalah nilai keteladanan untuk peduli dan berbagi. Inilah manikam itu. Sebuah nilai keluhuran sikap yang harus dijaga dari seorang Ki Ageng Gribig.  Dengan saling peduli hidup menjadi berkah.  Dengan saling memberi hidup menjadi rahmah. (10) 

Kain Lurik Yeni Daryono

Manusia sebagai makhluk social tidak dapat hidup sendiri. Keberadaan orang lain sangat membantu dalam kelangsungan hidupnya. Sebagai contohnya adalah dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sandang, sebagai salah satu kebutuhan pokok dapat diproduksi oleh masyarakat mulai dari industry skala rumahan hingga perusahaan tekstil berskala besar.
Aneka kain tradisional mampu diproduksi masyarakat. Salah satu kain tradisional yang diproduksi adalah kalin tenun lurik. Tenun lurik merupakan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. Dahulu, kain tenun diproduksi sebagai selendang tradisional yang digunakan untuk menggendong. Hampir setiap rumah di Dusun Barengan, Desa Jambakan memiliki alat tenun. Namun produk yang kurang beragam menjadikan beberapa perusahaan home industry ini gulung tikar. Kondisi tersebut diperparah ketika bencana gempa bumi menimpa Yogyakarta dan Jawa Tengah , Sabtu 27 Mei 2006 lalu.
Seiring kemajuan jaman, industry tekstil kian berkembang. Adalah Industri Tenun Lurik Tradisional Yeni Daryono beralamat di Dusun Barenan, Desa Jambakan, Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten yang masih bertahan di tengah persaingan produk-produk modern. Produk utama tenun lurik Yeni Daryono adalah kalin lurik. Aneka motif kain lurik dapat di produksi secara tradisional. Berbekal keterampilan yang dimiliki secara turun temurun, Yeni Daryono berupaya mengembangkan produk tenun. Pengembangan dilakukan melalui inovasi pemanfaatan bahan pewarnaan tahan luntur, kehalusan benang, variasi warna serta pembuatan aneka motif lurik.
Pengenalan produk tenun pun dilakukan dengan cara mengikuti pameran di dalam dan luar kota, seperti Klaten, Yogyakarta, Surakata, Semarang, Jakarta dan Batam. Produksi tenun lurik Yeni Daryono mampu bersaing dengan industry tekstil lainnya. Terbukti saat ini Tenun Lurik Yeni Daryono menerima order dari dalam dan luar kota. 

 

foto: alat tenun tradisional

foto: hasil tenun

PG Gondang Tempat Nyaman Untuk Berwisata


Banyak daerah memiliki pabrik gula. Tapi hanya Klaten, Jawa Tengah yang memiliki Museum Gula. Beragam koleksinya dapat membuat kita kagum dan bangga. Museum Gula Jawa Tengah terletak di lingkungan kompleks Pabrik Gula Gondang Baru Klaten, termasuk dalam wilayah Desa Gondang Baru, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.
Letak museum sangat strategis karena berada persis tepi jalan utama/ jalan raya yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Kota Solo. Pendirian Museum Gula Jawa Tengah dilandasi, pertimbangan bahwa perkembangan industri sebagai data untuk pengembangan lebih lanjut. Gagasan pertama dimulculkan oleh Gubernur Propinsi Jawa Tengah yang kala itu dijabat oleh Bapak Soepardjo Roestam dengan dukungan penuh dari Bapak Ir. Waryatno, direktur utama PTP. XV – XVI (persero).
Peresmian berdirinya museum dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 1986, bertepatan dengan diadakannya Kongres Internasional Soceity of Sugar Cane Technologist (ISSCT) di Pasuruan Jawa Timur yang dihadiri para ahli gula seluruh dunia. Museum Gula Jawa Tengan menempati sebuah bangunan lama, yaitu bangunan bekas tempat tinggal yang bergaya arsitektur klasik Eropa.
Bangunan museum didirikan di atas areal tanah seluas 1.261,20 meter persegi dengan luas bangunan 240 meter persegi yang terdiri dari ruang pameran tetap, perpustakaan, lavotary, dan musholla, seta dilengkapi dengan ruang auditorium seluas 753 meter persegi. Status penyelenggaraan museum dilaksanakan oleh PTP. XV – XVI (Persero)yang berkedudukan di Surakarta dan dikelola oleh Pabrik Gula Gondang Baru Klaten.
Museum Gula Jawa Tengah
Dilihat dari jenis koleksinya, museum Gula Jawa Tengah termasuk jenis museum khusus dengan bercirikan teknologi. Koleksi-koleksinya terdiri dari peralatan tradisional penanaman tebu bibit tebu, peralatan tradisional pemeliharaan tanaman tebu dan alat-alat, mekanisme atau fabrikasi dari pabrik gula, serta beberapa foto penunjang. Foto-foto penunjang, antara lain: foto pabrik gula lama, foto upacara giling pertama, tiruan visualisasi ruang administrasi lama dan lain-lain.
Rumah hunian yang sejak tahun 80-an resmi menjadi museum itu, pagi-pagi sudah dibuka untuk umum, walau belum terlihat petugas berjaga. Hingga seorang pria dewasa yang masih tampak muda, datang menyapa. Kami pun berbincang mengenai apa saja yang ada di dalam bangunan dan pekarangan Museum Gula.
Setelah membubuhkan nama, alamat, tanda tangan serta membayar tanda masuk seharga Rp. 3.500,- kita dipandu petugas berkeliling museum. Di dalam ruang pendaftaran saja, ada berbagai koleksi yang dapat kita simak, mulai dari maket pabrik gula (secara umum), beberapa toples berisi beberapa produk pabrik gula sampai limbahnya (seperti gula pasir, tetes tebu, ampas tebu, dsb), hingga koleksi macam-macam tanda mata dari pengunjung.
Di ruang berikutnya, kita dapat menyaksikan maket pabrik gula Baturaja, Kabupaten OKU, Sumatera Selatan. Masih di ruang yang sama, dipajang koleksi yang berhubungan dengan proses produksi gula, sejak dari masa penanaman hingga pembuatan gula. Tak hanya alat pertanian yang digunakan dalam bercocok tanam tebu, bahkan sejumlah hama pengganggu tanaman juga dipajang.
Selain itu ada mesin-mesin yang digunakan di sebuah pabrik gula (manual-modern) dan alat laboratorium. Terlebih lagi di ruang berikutnya. Beberapa koleksi di ruang ini mungkin dapat membangkitkan kenangan masa kecil. Sebab disana dipamerkan berbagai jenis perangkat kerja seperti mesin ketik, mesin hitung, juga alat hitung manual yang semuanya terlihat antik. Beberapa diantaranya dibuat tahun 1900-an.
Loko Simbah
Di sebelahnya, dipajang meja kerja berikut beberapa peralatan kerja, foto-foto kepala pabrik gula, dari pejabat pertama hingga terkini. Disana juga ada sepasang topi dan tongkat yang digunakan Pak Sinder (istilah/jabatan untuk supervisor perkebunan). Topi dan tongkat ini mungkin mengingatkan kita pada kakek, atau orang tua teman yang kebetulan memiliki jabatan serupa. Saat ini, asesoris kostum tersebut kerap dipakai dalam film/sinetron ber-setting zaman kolonial. Beberapa koleksi dipajang diluar bangunan. Dekat dengan pintu masuk, ada alat pembuat gula dengan sistem manual. Menurut Bimo, petugas museum yang menemani TC saat berkunjung ke Museum Gula baru-baru ini, gula yang dihasilkan dari alat tradisional tersebut secara fisik mirip gula merah (gula Jawa) tapi bahannya dari tebu. Tak kalah menariknya, adalah koleksi yang ada di sebelah kiri bangunan museum. Disana ada Simbah (lokomotif kuno) yang menurut MURI dibuat Backer dan Rubb Prada Nederland tahun 1889. Tapi menurut Bimo, di loko tersebut tak ada catatan tahun pembuatannya.
Museum Gula masih punya koleksi lain yang tak kalah menarik. Ada loko buatan Jerman produksi tahun 1901, pedati (semacam gerobak yang digerakkan dengan sapi/kerbau), yang digunakan sebagai pengangkut tebu dari ladang ke pabrik, dan alat transportasi untuk inspeksi di perkebunan.
Saksi Kejayaan
Sekitar lebih dari tiga setengah abad bangsa Indonesia dijajah kolonial Belanda. Sekitar itu pula beragam kekayaan bumi khatulistiwa ini dieksploitasi. Salah satunya tebu yang dapat diolah menjadi gula (disamping produk lain seperti vetsin, minuman dll).
Tak heran, pada pertengahan abad XIX, di Indonesia (sebagai salah satu wilayah Hindia Belanda) hanyak didirikan industri gula. Tidak tanggung-tanggung, Belanda menerapkan teknologi paling canggih yang dimilikinya, hingga Indonesia menjadi produsen gula terbesar di dunia kala itu.
Pabrik Gula Gondangwinangung Klaten
Bukti banyaknya pabrik gula di Indonesia ada di berbagai kota, bahkan masih beroperasi hingga kini. Beberapa diantaranya Pabrik Gula (PG) Madu Kismo (Yogyakarta), PG Tasik Madu (Karanganyar, Jawa Tengah), PG Pangka (Tegal, Jawa Tengah), dan tentu saja Pabrik Gula Gondang Baru yang ada di Jl. Raya Yogya-Solo, Dustin Gondawinangun, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini. Yang disebut terakhir sudah ada sejak tahun 1860. Menarik bukan untuk di kunjungi …..!!!
ALAMAT :
d.a Pabrik Gula Gondang Baru
Jalan Raya Jogja – Solo Km. 25, Klaten – Jawa Tengah
Telepon 072-322328

JAM KUNJUNG :
Senin – Kamis: 08.00 – 13.30 WIB
Jumat: 08.00 – 11.00
Sabtu: Pk. 08.00 – 12.30

KARCIS MASUK :
Dewasa/Anak-anak: Rp 3.500

Berkunjung ke sini tidak akan membuat anda jenuh di karenakan di samping PG Gondang terdapat tempat atau gedung serbaguna, selain itu juga terdapat café, atau anda yang ingin berenang anda juga bisa melakukannya, dikarenakan di samping PG Gondang terdapat kolam renang yang membuat anda semakin nyaman untuk berkunjung ke Klaten

Nasi Langi Khas Klaten


Ini dia masakan khas Klaten, yang isi sepiringnya hampir sama seperti masakan rumah. Buat yang ngeliat isi piringnya penuh dengan lauk pauk yang beraneka ragam, wah..pasti langsung laperr, hehe.. Nasi Langi ini terdiri dari tempe orek, sambel goreng kentang, ayam, udang, telor dadar, lalap, sambel, kerupuk.. semuanya jadi satu! Nikmat banget kan? Tapi jangan bingung mau makan yang mana dulu yaa.. Nah, kalo udah penasaran nyobain Nasi Langi yang nendang ini (Rp.18.000), mari kita menuju RM. Ayam Bakar Klaten, di Food Village Lt. 1, Pejaten Village, Jakarta.

Mak Pyarnya Sop Ayam Pecok Pak Kenthung

 

Sop ayam pecok memang masakan khas Klaten. Tapi bukan berarti masakan ini tidak bisa ditemui di Semarang. Salah satu warung yang menyediakan menu spesial sop ayam pecok adalah warung sop Pak Kenthung. Ada beberapa cabang sop ayam Pecok Pak Kenthung di Semarang, salah satunya adalah yang terdapat di jalan Tentara Pelajar, berhadapan dengan Heppi Salon and Spa. Citarasa sopnya benar-benar sedap, kuah beningnya begitu terasa bumbu rempahnya. Ada beberapa pilihan menu sop ayam pecok di tempat ini; Ada Soto ayam-Sop campur-Sop biasa-Sop cakar-Sop kulit-Sop kepala-Sop uritan Sop sayap-Sop paha-Sop daging-Sop dada Serta Sop brutu. Mengenai harganya tidak perlu khawatir, cukup murah untuk citarasa masakan yang lezat seperti itu. Harganya antara Rp 5000-11.000,-per porsi. 

Pluneng


Pluneng adalah sebuah kelurahan yang terletak di kecamatan Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia. Kelurahan Pluneng berbatasan dengan Desa Ngrundul di sebelah utara, Kelurahan Nglinggi di sebelah timur, Kecamatan Klaten selatan di sebelah selatan, dan Kelurahan Basin di sebelah barat.

Sejarah
Asal Mula Nama
Menurut para orang tua di kelurahan Pluneng, kata "Pluneng" berasal dari kata "Nyemplung Seneng", suku kata "plu" diambil dari kata "Nyemplung" dengan mengambil "plu" nya, dan suku kata "neng" diambil dari kata "seneng" dengan mengambil "neng" nya. Kata "Nyemplung Seneng" sendiri berarti "Jika masuk(ke dalam air) akan merasa senang" maksudnya adalah Jika ada orang yang masuk(mandi) di pemandian yang ada di Pluneng diharapkan akan merasa senang.Para orang tua zaman dahulu menamakannya "pluneng" karena memang di Kelurahan Pluneng ada dua buah pemandian yang kini menjadi obyek pariwisata yang ramai dikunjungi(Pembahasannya di sub pariwisata).
Pariwisata
Obyek Wisata
Kelurahan Pluneng mempunyai beberapaobyek wisata, diantaranya merupakan pemandian atau "umbul"
Pemandian Tirtomulyono
Luas 700 m2. Kedalaman 2 m. Objek wisata ini terletak di Desa Tempel. Pemandian ini biasanya sering dinamakan "Umbul Lanang" oleh penduduk setempat. Pemandian Tirtamulyana berukuran lebih besar daripada Pemandian Tirtomulyani. Dahulunya pemandian ini digunakan untuk pemandian laki-laki dan perempuan, kemudian atas perintah sunan Paku Buwono X, antara laki-laki dan perempuan tempatnya harus terpisah, selanjutnya para perempuan ditempatkan di pemandian Tirtomulyani, yang berlokasi di sebelah timur pemandian Tirtomulyono.
§  Setiap tahunnya di pemandian Tirtomulyono diadakan upacara adat "ciblon" sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas air melimpah yang tersedia di Pluneng. Setiap tahunnya juga diadakan kegiatan "padusan", kegiatan ini diselenggarakan setiap bulan ramadan, tepatnya satu atau dua hari sebelum Puasa ramadan.
Pemandian Tirtomulyani
Luas 400 m2. Kedalaman rata-rata 75 cm. Objek wisata ini terletak di Desa Karang Lor.Pemandian ini biasanya sering dinamakan "Umbul Wedok" oleh penduduk setempat. Pada pemandian terdapat Patung Budha yang berukuran besar. Konon menurut cerita penduduk setempat, Pemandian Tirtomulyani ini dulunya dihuni oleh seekor ular naga raksasa yang mengganggu kehidupan masyarakat yang hidup di sekitar pemandian, karena setiap ada kambing atau sapi yang lewat, ular naga tersebut akan langsung melahapnya.Sebelum Menjadi umbul Dulunya adalah tempat Pemandian Hewan Ternak Milik Penduduk Sekitar yang Sekarang Menjadi Tempat Wisata Pemandian Tiap Tahun Nya Di adakan Padusan Yang Sering Di Peringati Oleh Masyarakat Pluneng 3 Hari Sebelum Puasa.umbul wedok Ini Pasti Ramai Di kunjungi Kaula muda,anak-anak,Bahkan Para Orang tua
Tradisi lokal
§  Ciblon
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/3/3a/20050626.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Ciblon
Ciblon adalah jenis kesenian yang hanya dapat dilakukan di dalam air, baik kolam maupun sungai. Ciblon biasa dilakukan dengan menepuk-nepukan tangan ke dalam air sehingga menghasilkan suara yang nyaring dan enak didengar. Ciblon ini biasa dilakukan oleh warga yang tinggal di pinggir sungai, untuk menghilangkan kelelahan setelah mencuci, ciblon biasanya dilakukan sambil mandi di sungai atau di kolam.
Di pluneng, seni ciblon dipentaskan sebagai pertunjukan kesenian pada umumnya. pentas seni Ciblon diselenggarakan setiap tahun sebagai tanda syukur kepada Tuhan atas terssedianya air yang melimpah di wilayah Pluneng. Pentas seni Ciblon diselenggarakan apada malam hari di pemandian Tirtomulyana dihadapan ratusan penonton. bersama dengan musik ciblon ini biasanya diiringi oleh lagu-lagu daerah, yang isinya tentang ucapan rasa syukur kepada Tuhan. Pementasan Seni ciblon juga disertai dengan pementasan seni rakyat yang lain, seperti karawitan, tarian, srunthul, dolanan anak, dan sarasehan.
§  Padusan
Padusan diartikan sebagai mandi besar sebelum menyambut bulan Ramadahan, dalam tradisi rakyat yang diselenggarakan setiap tahunnya ini, para warga di Pluneng berkumpul di Pemamandian untuk bersuci menyambut bulan Ramadahan secara bersama-sama, mereka terjun ke dalam air dan mandi bersama, tanpa membeda-bedakan status sosial, hal ini ditujukan untuk mempererat hubungan antar warga sekaligus sebagai ritual pensucian diri.
§  Nyadran / Sadranan
Nyadran merupakan tradisi lokal di Kelurahan Pluneng yang diadakan setiap tahunnya, tepatnya beberapa hari sebelum bulan Ramadhan. Tradisi Nyadran diadakan oleh penduduk lokal sebagai tanda syukur ke hadirat Tuhan YME atas rezeki yang telah dilimpahkan. Nyadran juga diselenggarakan sebagai upacara untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Hidangan dalam tradisi Nyadran berupa nasi, sayuran dan buah-buahan.
§  Merti Desa
Merti Desa merupakan sebuah prosesi tradisi lokal dalam bentuk kegiatan bersih desa. Kegiatan ini dilakukan werga secara gotong royong, tujuannya supaya senantiasa mendapat berkah dan perlindungan dari Tuhan YME.
§  Sambatan
Sambatan merupakan kegiatan yang dilakukan para warga secara gotong royong dalam rangka memperbaiki salah satu rumah warga. hal ini menunjukkan bahwa di dukuh Pluneng aspek kagotongroyongan dan solidaritas masih sangat kental.
§  Kumbakarnan
Tradisi ini merupakan kegiatan yang dilakukan para warga dalam rangka mempersiapkan hajatan yang akan diadakan salah satu warganya, khususnya hajatan perkawinan. Dalam tradisi kumbakarnan, para warga dikumpulkan dan diberi tanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Istilah Kumbakarnan sendiri muncul karena pada tradisi ini, warga yang datang disediakan makanan yang berlimpah, layaknya ketika raja Kumbakarna akan diangkat menjadi senopati perang dalam perang Bharatayuda.
§  Miwit
Miwit merupakan tradisi lokal yang diadakan oleh para petani, tradisi miwit dilaksanakan sebelum petani mulai memanen padi di sawahnya, tradisi ini diadakan secara individual, yaitu petani yang akan panen memasak berbagai macam sayur(biasanya gudangan atau pecel) untuk dibagikan kepada anak-anak yang mengikuti miwit. Upacara Miwit diadakan di sawah yang akan dipanen padinya. Sebagai tanda syukur kepada Tuhan YME, petani meletakkan sebungkus nasi lengkap dengan sayuran di sudut-sudut sawah.
Makanan khas dan industri
Makanan khas
Makanan yang sangat khas di Kelurahan Pluneng adalah "kimpling". Kimpling dibuat dari ketela pohon yang dihaluskan, kemudian dipipihkan dan diberi rempah-rempah, lalu dijemur, setelah kering digoreng. Ketimpling biasanya dinikmati setelah mandi di pemandian, karena ketimpling mampu menghangatkan tubuh yang kedinginan.
 Industri
§  Kerajinan Kemoceng dari bulu ayam
Pusat kerajinan kemoceng dari bulu ayam Milik Bp.Toha terdapat di dukuh Sawahan, pemasaran kerajinan ini mencpai daerah Jogjakarta dan Solo.
§  Kerajinan ukir kayu
Berpusat di dukuh Ngemplak, kayu-kayu biasanya diukir menjadi mainan anak-anak, seperti mobil-mobilan, kapal, dan perahu. pemasarannya mencapai daerah Jogjakarta dan sekitar Klaten.

Candi Plaosan


Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten,Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.Candi yang kurang lebih hanya 100 meter dari kantor Purbakala tak jauh beda dengan Candi Prambanan. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut adalah candi Buddha. Kompleks ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram Kuno.Candi ini akan bertambah luas di karenakan di sebagian sekitar candi di temukan pagar dari candi tersebut, sampai sekarang proses pengerukan masih di lakukan.
Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.
Candi Plaosan Lor
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b3/Plaosan_Lor.JPG/225px-Plaosan_Lor.JPG
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.pngCandi Plaosan Lor yang berada di sebelah timur-laut dari candi Prambanan
Betapa indahnya Candi Plaosan Ketika pagi hari
Kompleks Candi Plaosan Lor memiliki dua candi utama. Candi yang terletak di sebelah kiri (di sebelah utara) dinamakan Candi Induk Utara dengan relief yang menggambarkan tokoh-tokoh wanita, dan candi yang terletak di sebelah kanan (selatan) dinamakan Candi Induk Selatan dengan relief menggambarkan tokoh-tokoh laki-laki. Di bagian utara kompleks terdapat masih selasar terbuka dengan beberapa arca buddhis. Kedua candi induk ini dikelilingi oleh 116 stupa perwara serta 50 buah candi perwara, juga parit buatan.
Pada masing-masing candi induk terdapat 6 patung/arca Dhyani Boddhisatwa. Walaupun candi ini adalah candi Buddha, tetapi gaya arsitekturnya merupakan perpaduan antara agama Buddha dan Hindu.
Candi Induk Selatan Plaosan Lor dipugar pada tahun 1962 oleh Dinas Purbakala. Sementara itu, Candi Induk Selatan dipugar pada tahun 1990-an olehSuaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah.
Candi Plaosan Kidul
Berbeda dari Candi Plaosan Lor, Candi Plaosan Kidul belum diketahui memiliki candi induk. Pada kompleks ini terdapat beberapa perwara berbentuk candi dan stupa. Sebagian di antara candi perwara telah dipugar.
 

KLA - X Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger