Pluneng adalah sebuah kelurahan yang
terletak di kecamatan Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia. Kelurahan Pluneng
berbatasan dengan Desa Ngrundul di sebelah utara, Kelurahan Nglinggi di sebelah timur, Kecamatan Klaten selatan di
sebelah selatan, dan Kelurahan Basin di
sebelah barat.
Sejarah
Asal
Mula Nama
Menurut
para orang tua di kelurahan Pluneng, kata "Pluneng" berasal dari kata
"Nyemplung Seneng", suku kata "plu" diambil dari kata
"Nyemplung" dengan mengambil "plu" nya, dan suku kata
"neng" diambil dari kata "seneng" dengan mengambil
"neng" nya. Kata "Nyemplung Seneng" sendiri berarti
"Jika masuk(ke dalam air) akan merasa senang" maksudnya adalah Jika
ada orang yang masuk(mandi) di pemandian yang ada di Pluneng diharapkan akan
merasa senang.Para orang tua zaman dahulu menamakannya "pluneng"
karena memang di Kelurahan Pluneng ada dua buah pemandian yang kini menjadi
obyek pariwisata yang
ramai dikunjungi(Pembahasannya di sub pariwisata).
Pariwisata
Obyek Wisata
Kelurahan
Pluneng mempunyai beberapaobyek wisata, diantaranya merupakan pemandian atau
"umbul"
Pemandian
Tirtomulyono
Luas
700 m2. Kedalaman 2 m. Objek wisata ini terletak di Desa Tempel. Pemandian ini
biasanya sering dinamakan "Umbul Lanang" oleh penduduk setempat.
Pemandian Tirtamulyana berukuran lebih besar daripada Pemandian Tirtomulyani.
Dahulunya pemandian ini digunakan untuk pemandian laki-laki dan perempuan,
kemudian atas perintah sunan Paku
Buwono X, antara laki-laki dan perempuan tempatnya harus terpisah,
selanjutnya para perempuan ditempatkan di pemandian Tirtomulyani, yang
berlokasi di sebelah timur pemandian Tirtomulyono.
§ Setiap tahunnya di pemandian Tirtomulyono diadakan upacara
adat "ciblon" sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas air
melimpah yang tersedia di Pluneng. Setiap tahunnya juga diadakan kegiatan
"padusan", kegiatan ini diselenggarakan setiap bulan ramadan, tepatnya
satu atau dua hari sebelum Puasa ramadan.
Pemandian
Tirtomulyani
Luas
400 m2. Kedalaman rata-rata 75 cm. Objek wisata ini terletak di Desa Karang
Lor.Pemandian ini biasanya sering dinamakan "Umbul Wedok" oleh
penduduk setempat. Pada pemandian terdapat Patung Budha yang berukuran besar. Konon menurut
cerita penduduk setempat, Pemandian Tirtomulyani ini dulunya dihuni oleh seekor
ular naga raksasa
yang mengganggu kehidupan masyarakat yang hidup di sekitar pemandian, karena setiap
ada kambing atau sapi yang lewat, ular naga tersebut akan langsung
melahapnya.Sebelum Menjadi umbul Dulunya adalah tempat Pemandian Hewan Ternak
Milik Penduduk Sekitar yang Sekarang Menjadi Tempat Wisata Pemandian Tiap Tahun
Nya Di adakan Padusan Yang Sering Di Peringati Oleh Masyarakat Pluneng 3 Hari
Sebelum Puasa.umbul wedok Ini Pasti Ramai Di kunjungi Kaula
muda,anak-anak,Bahkan Para Orang tua
Tradisi lokal
§ Ciblon
Ciblon
Ciblon
adalah jenis kesenian yang hanya dapat dilakukan di dalam air, baik kolam
maupun sungai. Ciblon biasa dilakukan dengan menepuk-nepukan tangan ke dalam
air sehingga menghasilkan suara yang nyaring dan enak didengar. Ciblon ini
biasa dilakukan oleh warga yang tinggal di pinggir sungai, untuk menghilangkan
kelelahan setelah mencuci, ciblon biasanya dilakukan sambil mandi di sungai
atau di kolam.
Di
pluneng, seni ciblon dipentaskan sebagai pertunjukan kesenian pada umumnya.
pentas seni Ciblon diselenggarakan setiap tahun sebagai tanda syukur kepada
Tuhan atas terssedianya air yang melimpah di wilayah Pluneng. Pentas seni
Ciblon diselenggarakan apada malam hari di pemandian Tirtomulyana dihadapan
ratusan penonton. bersama dengan musik ciblon ini biasanya diiringi oleh
lagu-lagu daerah, yang isinya tentang ucapan rasa syukur kepada Tuhan.
Pementasan Seni ciblon juga disertai dengan pementasan seni rakyat yang lain,
seperti karawitan,
tarian, srunthul, dolanan anak, dan sarasehan.
§ Padusan
Padusan
diartikan sebagai mandi besar sebelum menyambut bulan Ramadahan, dalam tradisi
rakyat yang diselenggarakan setiap tahunnya ini, para warga di Pluneng
berkumpul di Pemamandian untuk bersuci menyambut bulan Ramadahan secara
bersama-sama, mereka terjun ke dalam air dan mandi bersama, tanpa
membeda-bedakan status sosial, hal ini ditujukan untuk mempererat hubungan
antar warga sekaligus sebagai ritual pensucian diri.
§ Nyadran / Sadranan
Nyadran
merupakan tradisi lokal di Kelurahan Pluneng yang diadakan setiap tahunnya,
tepatnya beberapa hari sebelum bulan Ramadhan. Tradisi Nyadran diadakan oleh
penduduk lokal sebagai tanda syukur ke hadirat Tuhan YME atas rezeki yang telah
dilimpahkan. Nyadran juga diselenggarakan sebagai upacara untuk menyambut
datangnya bulan suci Ramadhan. Hidangan dalam tradisi Nyadran berupa nasi,
sayuran dan buah-buahan.
§ Merti Desa
Merti
Desa merupakan sebuah prosesi tradisi lokal dalam bentuk kegiatan bersih desa.
Kegiatan ini dilakukan werga secara gotong royong,
tujuannya supaya senantiasa mendapat berkah dan perlindungan dari Tuhan YME.
§ Sambatan
Sambatan
merupakan kegiatan yang dilakukan para warga secara gotong royong dalam rangka
memperbaiki salah satu rumah warga. hal ini menunjukkan bahwa di dukuh Pluneng
aspek kagotongroyongan dan solidaritas masih sangat kental.
§ Kumbakarnan
Tradisi
ini merupakan kegiatan yang dilakukan para warga dalam rangka mempersiapkan
hajatan yang akan diadakan salah satu warganya, khususnya hajatan perkawinan.
Dalam tradisi kumbakarnan, para warga dikumpulkan dan diberi tanggung jawab
untuk melaksanakan tugasnya masing-masing. Istilah Kumbakarnan sendiri muncul
karena pada tradisi ini, warga yang datang disediakan makanan yang berlimpah,
layaknya ketika raja Kumbakarna akan
diangkat menjadi senopati perang dalam perang Bharatayuda.
§ Miwit
Miwit
merupakan tradisi lokal yang diadakan oleh para petani, tradisi miwit
dilaksanakan sebelum petani mulai memanen padi di sawahnya, tradisi ini
diadakan secara individual, yaitu petani yang akan panen memasak berbagai macam
sayur(biasanya gudangan atau pecel) untuk dibagikan kepada anak-anak yang
mengikuti miwit. Upacara Miwit diadakan di sawah yang akan dipanen padinya.
Sebagai tanda syukur kepada Tuhan YME, petani meletakkan sebungkus nasi lengkap
dengan sayuran di sudut-sudut sawah.
Makanan khas dan industri
Makanan khas
Makanan
yang sangat khas di Kelurahan Pluneng adalah "kimpling". Kimpling
dibuat dari ketela pohon yang dihaluskan, kemudian dipipihkan dan diberi
rempah-rempah, lalu dijemur, setelah kering digoreng. Ketimpling biasanya
dinikmati setelah mandi di pemandian, karena ketimpling mampu menghangatkan
tubuh yang kedinginan.
Industri
§ Kerajinan Kemoceng dari bulu ayam
Pusat
kerajinan kemoceng dari bulu ayam Milik Bp.Toha terdapat di dukuh Sawahan,
pemasaran kerajinan ini mencpai daerah Jogjakarta dan Solo.
§ Kerajinan ukir kayu
Berpusat
di dukuh Ngemplak, kayu-kayu biasanya diukir menjadi mainan anak-anak, seperti
mobil-mobilan, kapal, dan perahu. pemasarannya mencapai daerah Jogjakarta dan
sekitar Klaten.
0 komentar:
Posting Komentar